Petak Umpet

Langkah gontai kering di ujung jalan, bersliweran hembusan angin menyapu jalan. Berisi kotoran dari jauh kemudian menempel pada peluh. Bau matahari kata ibuku. "disuruh tidur siang juga, ayo pulang, panas-panas begini". Ini lebih mendebarkan dibanding bermain bersama teman, petak umpet bersama ibu, gumamku. "siang-siang kelayapan, aduh.. dimana si bungsu ini". Lihatlah anak-anak di lapangan irinya mereka tiada yang mencari. Aku berdiam di tempat aman pikirku, sampai bosan aku menunggu untuk ditemukan. Tubuh bergontai saat matahari mulai merendah menyusuri tanah kering bekas siang terik, menelan ludah tiada membasahi tenggorokkan tetap kering. Tiba di gang kumuh, tiada dapat masuk karena sesak, aku sulit untuk bernapas lega. Sempit. Asalnya dari sana sebuah tempat yang tak asing buatku. Terbaring kaku dengan simbahan merah di kanan kiri daun pintu. "Aduh...emakkk.. maafkan Buyung......" Buyung janji tidak akan main petak umpet lagi dengan emak...... Maafkan Buyung....".
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS
Copyright 2009 Marchantia
Free WordPress Themes designed by EZwpthemes
Converted by Theme Craft
Powered by Free Website Templates
Free Website templateswww.seodesign.usFree Flash TemplatesRiad In FezFree joomla templatesAgence Web MarocMusic Videos OnlineFree Wordpress Themeswww.freethemes4all.comFree Blog TemplatesLast NewsFree CMS TemplatesFree CSS TemplatesSoccer Videos OnlineFree Wordpress ThemesFree CSS Templates Dreamweaver